Sabtu, 12 November 2011

MAKNA PERGAULAN BEBAS


Pergaulan bebas sering dikonotasikan dengan sesuatu yang negatif seperti seks bebas, narkoba, kehidupan malam, dan lain-lain. Memang istilah ini diadaptasi dari budaya barat dimana orang bebas untuk melakukan hal-hal diatas tanpa takut menyalahi norma-norma yang ada dalam masyarakat. Berbeda dengan budaya timur yang menganggap semua itu adalah hal tabu sehingga sering kali kita mendengar ungkapan “jauhi pergaulan bebas”.

Sebenarnya makna pergaulan bebas tidak sebatas itu. Saya jadi ingat sewaktu masih kecil, sekitar umur 12 tahun. Pada suatu malam kami sekeluarga makan diluar. Kebetulan di restoran itu ada satu keluarga ekspatriat yang juga ingin bermakan malam bersama. Pada waktu itu saya baru mengenal bahasa inggris. Saya mendengar dengan cermat percakapan yang sedang berlangsung di meja para ekspatriat tersebut. Salah satu dari mereka masih seumuran saya dan dia memanggil ayahnya dengan kata “you“. “Loh, bukankah you itu artinya kau atau kamu atau anda. Koq sangat tidak sopan betul anak ini?”, begitu pikir saya saat itu.
Saya langsung menanyakan hal ini kepada ayah saya. Dan katanya orang bule memang begitu, menyebut lawan bicara kalau tidak pake “you” ya pake nama. Setelah beranjak dewasa dan sering menonton film-film barat, saya juga sering memperhatikan di film-film itu ada percakapan antara anak-anak dan orang dewasa dengan kasus yang sama. Kadang-kadang stasiun televisi sampai mengganti kata “you” dengan kata “ayah” misalnya, atau “paman” untuk menyesuaikan dengan budaya kita.
Kasus diatas merupakan salah satu bentuk dari pergaulan bebas dimana usia bukanlah menjadi pembatas. Seperti pada film “Pay It Forward”, Trevor (Haley Joel Osment) memanggil gurunya Mr. Simonet (Kevin Spacey). Tapi di luar jam sekolah dia memanggilnya Eugene. Menurut saya ini adalah sesuatu yang positif untuk membangun hubungan yang akrab dan baik. Tanpa adanya batasan usia sehingga yang muda tidak sungkan dengan yang lebih tua dan yang tua tidak perlu jaim dengan yang muda.

Sabtu, 05 November 2011

Mencermati Bahaya Pergaulan Bebas

Awas  bahaya  pergaulan  bebas  kini  sudah di depan hidung dan mata. Warning  ini layak ditulis besar-besar. Bahkan kalau perlu dengan tinta merah. Hasil survey terbaru BKKBN yang baru saja diliris, dalam rangka peringatan hari AIDS sedunia menunjukkan data yang pantas membuat dahi kita berkerut.

Survey yang dilakukan dengan mengambil sampel di beberapa kota besar mulai kawasan Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi) hingga kota-kota seperti Surabaya, Medan, Bandung dan Yogyakarta itu memperlihatkan bahwa lebih dari separo remaja puteri sudah dalam kondisi tidak perawan (virgin). Banyak diantara mereka yang bahkan mengalami  hamil diluar nikah dengan segala implikasinya.

Hasil temuan dalam survey tersebut angka-angkanya memang variatif. Namun temuan yang ada memperlihatkan bahwa degdradasi moral di kalangan remaja dan generasi muda sudah sedemikian masif dan akut. Virginitas (keperawanan), misalnya, yang dulu dianggap sakral sekarang telah mengalami desakraslisasi yang ekstrim. Pergaulan bebas yang dulu dianggap dosa besar sekarang malah dianggap bagian dari tren. Di Surabaya, misalnya, perempuan lajang telah kehilangan kegadisan mencapai 54%.. Di Medan jumlahnya 52% untuk Bandung levelnya 47%,sedang Yogyakarta masih mendingan yaitu dikisaran 37% sedang secara general, hasil survey memperlihatkan, dari 100 remeja puteri, 51 orang sudah kehilangan virginitasnya dalam kondisi pra nikah.

Yang lebih membuat membuat bulu kuduk kita berdiri, responden yang dijadikan obyek dalam penelitian ini adalah remeja puteri yang interval usianya 13-18 tahun serta para mahasiswa. Mereka adalah tunas-tunas bangsa yang selalu kita banggakan sebagai agent fo change bagi perjalanan republik ini. Sudah tentu ini menjadi fenomena yang membutuhkan penanganan komprenhensif serta upaya-upaya yang bersifat solutif. Apalagi seiring dengan kemajuan teknologi informasi, ancaman ini akan semakin kompleks dan nggegirisi. Tidak hanya melalui pola-pola konvensional,akan tetapi juga melalui dunia maya.

Keimanan
Menurut penulis, upaya yang paling fundamental dalam mengcounter attack adalah melalui landasan agama yang kuat. Agama disini tidak hanya sekedar dogma atau ritual semata, tetapi yang paling esensi, adalah implementasinya dalam kaifiyyah atau perilaku sehari-sehari. Apalagi kita tahu ketika fase remaja atau mahasiswa banyak yang tinggal di kota-kota besar. Mereka jauh dari pengawasan orang tua. Lingkungan pergaulan mereka juga banyak mengalami pergeseran. Dengan bekal agama yang baik, seseorang diharapkan memiliki self control yang mumpuni. Seseorang juga diharapkan tidak akan mengalami gegar budaya atau shock culture ketika hidup di kota besar yang lingkungan jauh lebih longgar dibandingkan di desa yang nuansa tradisional lebih kental.

Dr. Nafsiyah Mboi Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional, menyebutkan ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam konteks ini. Mulai komunikasi yang kontruktif. Sinkronisasi antara ucapan dan perbuatan. Hingga keterbulatan. Namun yang paling utama adalah keimanan. Demikian tandas dokter spesialis anak yang juga peraih Master of  Public Health, dari Royal Tropical Institut Antwerpen, Belgia tersebut.

Pendidikan
Sekolah sebagai institusi pendidikan formal juga harus lebih dimaksimalkan, Berkaitan dengan temuan survey BKKBN tersebut. Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) telah memberikan respon. Hamid Muhammad, Dirjen pendidikan Nonformal dan informal Kemendiknas, menyatakan bahwa akan diberlakukan kurikulum khusus guna mengkampayekan bahaya seks bebas dan HIV AIDS. Di dalam implementasinya, kurikulum ini akan terintegrasi dengan beberapa mata pelajaran. Seperti biologi, pendidikan jasmani atau pelajaran-pelajaran yang relevan (Jawa Pos, 1 Desember 2010, hal 16).
Apalagi berdasar data UNESCO (Badan PBB yang membidangi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan). Usia 15 s/d 24 tahun merupakan usia yang paling rawan terhadap bahaya pergaulan bebas dan HIV AIDS.

Keluarga
  Keluarga juga memiliki peran yang signifikan dan krusial dalam membentengi seseorang dari pergaulan bebas. Keluarga yang harmonis, Komunikatif, mencerminkan kehangatan dan keterbukaan tentu menjadi modal yang sangat positif. Sebaliknya keluarga yang mengalami broken home tentu memberikan peluang yang lebih besar kepada hal-hal yang destruktif. Salah satunya bahkan bisa menyebabkan sang buah hati menjadikan free sex sebagai pelarian.

PIK Remaja
Secara institusi BKKBN juga memiliki wadah yang disebut PIK (Pusat Informasi dan Konseling) bagi remaja. Melalui wadah ini juga bisa dimaksimalkan perannya. Apalagi segmen yang ingin disasar oleh PIK adalah para kawula muda. Kelompok masyarakat yang paling rentan dan paling beresiko dalam konteks pergaulan bebas. Sesuai dengan namanya wadah ini diharapkan bisa memberikan informasi dan konseling. Tentu saja dengan muatan-muatan yang edukatif. Dengan demikian PIK remaja bisa menjadi salah satu alternatif solusi dalam menghandle persoalan ini.

Akhirnya dengan keterpedulian dan sinergi dari semua pihak bahaya dan ekses dari pergaulan bebas (free sex) bisa diminimalkan. Dengan adanya survey BKKBN tersebut secara tidak langsung kita semua disadarkan terhadap fenomena yang sangat mengkhatirkan. Apalagi pada tanggal 1 Desember, kita baru saja memperingati hari AIDS sedunia. Dan kita semua tau free sex menjadi pintu masuk (entri point) yang paling besar bagi penyebaran penyakit mematikan tersebut

Hal-hal yang Menyebabkan Para Remaja Terjerumus dalam Pergaulan Bebas dan Upaya untuk Mengatasinya

Problem remaja yang dihadapi para orang tua, adalah problem yang tidak pernah selesai dan selalu berganti-ganti kasusnya. Problem remaja bukan hanya monopoli masyarakat kota besar, tapi juga termasuk kota-kota kecil. Meskipun banyak tempat-tempat ibaProblem remaja yang dihadapi para orang tua, adalah problem yang tidak pernah selesai dan selalu berganti-ganti kasusnya. Problem remaja bukan hanya monopoli masyarakat kota besar, tapi juga termasuk kota-kota kecil. Meskipun banyak tempat-tempat ibadah (sebagai benteng pertahanan norma-norma iman dan moral) bermunculan, namun angka pertumbuhan pergaulan bebas inipun tetap meningkat.
Rata-rata mereka yang telah masuk ke dalam pergaulan bebas tsb. mengungkap beberapa alasan yang sama akan apa yang menyebabkan mereka seperti itu. Mereka mengatakan bahwa kasih sayang yang kurang dari orang tua, rumah yang selalu berperan sebagai gelanggang pertengkaran, paksaan-paksaan/ tekanan dariorang tua, putus cinta, ekonomi rendah/ miskin, kegagalan/ tidak tercapainya harapan, serta kurangnya kepedulian/ pengertian dari orang-orang sekitar sebagai alasan tsb. Padahal, bagaimana pun juga tak ada alasan untuk terjun ke dalam pergaulan bebas.
Dunia pendidikan pun semakin tercoreng dengan adanya pergaulan bebas yang akhir-akhir ini memenuhi kalangan remaja. Hal ini ditunjukkan dari beberapa kasus yang ada yaitu hamil di luar nikah karena diperkosa (3,2%), keinginan sendiri (12,9%), dan tidak terduga (45%). Seks bebas sendiri telah mencapai 22,6%. Kasus HIV pada remaja pun terus meningkat, setiap bulannya ada 10-20 kasus.
Seks bebas di kalangan remaja rupanya sudah tak tabulagi. Bahkan, mereka malah menyebut seks bebas sebagai hal biasa yang lumrah dilakukan dan menjadi tren. Dan mereka yang tak pernah melakukannya, justru dianggap ketinggalan zaman. Terlebih lagi, jika sebelumnya disebabkan kurangnya kasih sayang orangtua, kini penyebabnya justru karena cari kesenangan dan pembuktian cinta. Seolah, seks bebas menjadi “bumbu” dalam berpacaran. Tak ada seks, pacaran terasa hambar.
Pergaulan bebas itu pun berasal dari nafsu yang mereka sebut cinta. Inilah yang membuat mereka menjadi buta dan tuli. Kebutaan ini dapat diartikan tidak lagi melihat tata nilai terutama nilai-nilai religi dalam mengekspresikan cintanya. Dan yang dimaksud tuli yaitu tidak mau mendengar nasihat-nasihat agama yang seharusnya dapat membingkai cintanya.
Semakin tingginya frekuensi arus globalisasi di era industrialisasi yang sudah mengglobal serta arus modernisasi sangat berpengaruh besar terhadap pergaulan bebas dengan lain jenis (seks) ini. Para remaja bahkan begitu mudah memasuki tempat-tempat khusus orang dewasa, terutama malam minggu. Pelakunya bukan hanya kalangan SMA, bahkan sudah merambat di kalangan SMP.
Pada zaman modern sekarang ini, remaja sedang dihadapkan pada kondisi sistem-sistem nilai, dan kemudian sistem nilai tersebut terkikis oleh sistem nilai yang lain yang bertentangan dengan nilai moral dan agama. Seperti model pakaian (fasion), model pergaulan dan film-film yang begitu intensif remaja mengadopsi kedalam gaya pergaulan hidup mereka termasuk soal hubungan seks di luar nikah dianggap suatukewajaran.
Kalau dilacak secara fenomenal bahwa pergaulan di masa sekarang, khususnya di perkotaan, seakan-akan sudah menjadi bagian kultur yang diakui keberadaannya dan tidak bisa di hindari lagi. Padahal kalau dilihat di lapangan, pergaulan ini sangat meresahkan masyarakat, bahkan kalau kalangan remaja terus dibiasakan hal semacam ini tanpa ada kesadaran dan pendidikan yang berorientasikan pada moral, maka bagaimana dengan bangsa yang akan datang. Oleh karena itu, saat ini remaja dituntut untuk menyadari segala sesuatu yang harus dihadapinya dan lebih berhati-hati dalam bertindak.
Berdasarkan berbagai fakta di atas pun dapat diketahui bahwa faktor utama masalah pergaulan bebas ini adalah kurangnya pemahaman masyarakat saat ini terhadap batas-batas pergaulan. Di samping itu didukung oleh arus modernisasi yang telah mengglobal dan lemahnya benteng keimanan mengakibatkan masuknya budaya asing tanpa penyeleksian yang ketat. Seperti yang diketahui bahwa sebagian besar bangsa barat adalah bangsa sekuler, seluruh kebudayaan yang mereka hasilkan jauh dari norma-norma agama. Hal ini tentunya bertentangan dengan budaya Indonesia yang menjujung tinggi nilai agama dan pancasila.
Secara garis besar, adapun beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pergaulan bebas dikalangan remaja yaitu;
Pertama, Faktor agama dan iman.
Kedua, Faktor Lingkungan seperti orangtua, teman, tetangga dan media.
Ketiga, Pengetahuan yang minim ditambah rasa ingin tahu yang berlebihan.
Keempat, Perubahan Zaman secara mendasar, seperti kehadiran teknologi baru berupa channel Barat dan internet.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh perusahaan riset Internasional Synovate atas nama DKT Indonesia terhadap perilaku seksual remaja berusia 12-19 tahun pun mengungkapkan bahwa 64% remaja mengakui secara sadar melakukan hubungan seks pranikah dan telah melanggar nilai-nilai dan norma agama. Tetapi, kesadaran itu ternyata tidak mempengaruhi perbuatan dan prilaku seksual mereka. Dan celakanya, 10 persen seks bebas dilakukan di lingkungan sekolah, 18 persen dilakukan di rumah, sisanyadilakukan di tempat-tempat rekreasi dan hotel.
Hasil penelitian juga memaparkan para remaja tersebut tidak memiliki pengetahuan khusus serta komprehensif mengenai seks. Informasi tentang seks (65%) mereka dapatkan melalui teman, Film Porno (35%), sekolah (19%), dan orangtua (5%). Dari persentase ini dapat dilihat bahwa informasi dari teman lebih dominan dibandingkan orangtua dan guru, padahal teman sendiri tidak begitu mengerti dengan permasalahan seks ini, karena dia juga mentransformasi dari teman yang lainnya.
KProblem remaja yang dihadapi para orang tua, adalah problem yang tidak pernah selesai dan selalu berganti-ganti kasusnya. Problem remaja bukan hanya monopoli masyarakat kota besar, tapi juga termasuk kota-kota kecil. Meskipun banyak tempat-tempat ibadah (sebagai benteng pertahanan norma-norma iman dan moral) bermunculan, namun angka pertumbuhan pergaulan bebas inipun tetap meningkat.
Rata-rata mereka yang telah masuk ke dalam pergaulan bebas tsb. mengungkap beberapa alasan yang sama akan apa yang menyebabkan mereka seperti itu. Mereka mengatakan bahwa kasih sayang yang kurang dari orang tua, rumah yang selalu berperan sebagai gelanggang pertengkaran, paksaan-paksaan/ tekanan dariorang tua, putus cinta, ekonomi rendah/ miskin, kegagalan/ tidak tercapainya harapan, serta kurangnya kepedulian/ pengertian dari orang-orang sekitar sebagai alasan tsb. Padahal, bagaimana pun juga tak ada alasan untuk terjun ke dalam pergaulan bebas.
Dunia pendidikan pun semakin tercoreng dengan adanya pergaulan bebas yang akhir-akhir ini memenuhi kalangan remaja. Hal ini ditunjukkan dari beberapa kasus yang ada yaitu hamil di luar nikah karena diperkosa (3,2%), keinginan sendiri (12,9%), dan tidak terduga (45%). Seks bebas sendiri telah mencapai 22,6%. Kasus HIV pada remaja pun terus meningkat, setiap bulannya ada 10-20 kasus.
Seks bebas di kalangan remaja rupanya sudah tak tabulagi. Bahkan, mereka malah menyebut seks bebas sebagai hal biasa yang lumrah dilakukan dan menjadi tren. Dan mereka yang tak pernah melakukannya, justru dianggap ketinggalan zaman. Terlebih lagi, jika sebelumnya disebabkan kurangnya kasih sayang orangtua, kini penyebabnya justru karena cari kesenangan dan pembuktian cinta. Seolah, seks bebas menjadi “bumbu” dalam berpacaran. Tak ada seks, pacaran terasa hambar.
Pergaulan bebas itu pun berasal dari nafsu yang mereka sebut cinta. Inilah yang membuat mereka menjadi buta dan tuli. Kebutaan ini dapat diartikan tidak lagi melihat tata nilai terutama nilai-nilai religi dalam mengekspresikan cintanya. Dan yang dimaksud tuli yaitu tidak mau mendengar nasihat-nasihat agama yang seharusnya dapat membingkai cintanya.
Semakin tingginya frekuensi arus globalisasi di era industrialisasi yang sudah mengglobal serta arus modernisasi sangat berpengaruh besar terhadap pergaulan bebas dengan lain jenis (seks) ini. Para remaja bahkan begitu mudah memasuki tempat-tempat khusus orang dewasa, terutama malam minggu. Pelakunya bukan hanya kalangan SMA, bahkan sudah merambat di kalangan SMP.
Pada zaman modern sekarang ini, remaja sedang dihadapkan pada kondisi sistem-sistem nilai, dan kemudian sistem nilai tersebut terkikis oleh sistem nilai yang lain yang bertentangan dengan nilai moral dan agama. Seperti model pakaian (fasion), model pergaulan dan film-film yang begitu intensif remaja mengadopsi kedalam gaya pergaulan hidup mereka termasuk soal hubungan seks di luar nikah dianggap suatukewajaran.
Kalau dilacak secara fenomenal bahwa pergaulan di masa sekarang, khususnya di perkotaan, seakan-akan sudah menjadi bagian kultur yang diakui keberadaannya dan tidak bisa di hindari lagi. Padahal kalau dilihat di lapangan, pergaulan ini sangat meresahkan masyarakat, bahkan kalau kalangan remaja terus dibiasakan hal semacam ini tanpa ada kesadaran dan pendidikan yang berorientasikan pada moral, maka bagaimana dengan bangsa yang akan datang. Oleh karena itu, saat ini remaja dituntut untuk menyadari segala sesuatu yang harus dihadapinya dan lebih berhati-hati dalam bertindak.
Berdasarkan berbagai fakta di atas pun dapat diketahui bahwa faktor utama masalah pergaulan bebas ini adalah kurangnya pemahaman masyarakat saat ini terhadap batas-batas pergaulan. Di samping itu didukung oleh arus modernisasi yang telah mengglobal dan lemahnya benteng keimanan mengakibatkan masuknya budaya asing tanpa penyeleksian yang ketat. Seperti yang diketahui bahwa sebagian besar bangsa barat adalah bangsa sekuler, seluruh kebudayaan yang mereka hasilkan jauh dari norma-norma agama. Hal ini tentunya bertentangan dengan budaya Indonesia yang menjujung tinggi nilai agama dan pancasila.
Secara garis besar, adapun beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pergaulan bebas dikalangan remaja yaitu;
Pertama, Faktor agama dan iman.
Kedua, Faktor Lingkungan seperti orangtua, teman, tetangga dan media.
Ketiga, Pengetahuan yang minim ditambah rasa ingin tahu yang berlebihan.
Keempat, Perubahan Zaman secara mendasar, seperti kehadiran teknologi baru berupa channel Barat dan internet.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh perusahaan riset Internasional Synovate atas nama DKT Indonesia terhadap perilaku seksual remaja berusia 12-19 tahun pun mengungkapkan bahwa 64% remaja mengakui secara sadar melakukan hubungan seks pranikah dan telah melanggar nilai-nilai dan norma agama. Tetapi, kesadaran itu ternyata tidak mempengaruhi perbuatan dan prilaku seksual mereka. Dan celakanya, 10 persen seks bebas dilakukan di lingkungan sekolah, 18 persen dilakukan di rumah, sisanyadilakukan di tempat-tempat rekreasi dan hotel.
Hasil penelitian juga memaparkan para remaja tersebut tidak memiliki pengetahuan khusus serta komprehensif mengenai seks. Informasi tentang seks (65%) mereka dapatkan melalui teman, Film Porno (35%), sekolah (19%), dan orangtua (5%). Dari persentase ini dapat dilihat bahwa informasi dari teman lebih dominan dibandingkan orangtua dan guru, padahal teman sendiri tidak begitu mengerti dengan permasalahan seks ini, karena dia juga mentransformasi dari teman yang lainnya.
Kurang perhatian orangtua dan kurangnya penanaman nilai-nilai agama berdampak pada pergaulan bebas dan berakibat remaja dengan gampang melakukan hubungan suami istri di luar nikah sehingga terjadi kehamilan dan pada kondisi ketidaksiapan berumah tangga dan untuk bertanggung jawab terjadilah aborsi.
Ternyata pergaulan bebas disebabkan karena kebebasan yang diartikan bebas secara mutlak tanpa ada butir-butir aturan yang menjaga jarak antara mereka. Di sadari atau tidak, jarak dalam pergaulan terutama pergaulan dengan lain jenis harus dijaga. Oleh karena itu, tanpa ada sekat-sekat pembatasan antara wanita dan laki-laki yang bukan muhrim akan berdampak negatif/ bahaya.
Dalam hal ini, sangat penting untuk diperhatikan khususnya bagi orang tua remaja untuk dapat memberikan pendidikan seks yang baik dan benar. Dan memberikan kepada remaja tersebut penekanan yang cukup berarti dengan cara meyampaikan; jika mau berhubungan seksual, mereka harus siap menanggung segala resikonya yakni hamil dan penyakit kelamin.
Namun disadari, masyarakat (orangtua) masih memandang tabu untuk memberikan pendidikan, pengarahan seks kepada anak. Padahal hal ini akan berakibat remaja mencari informasi dari luar yang belum tentu kebenaran akan hal seks tersebut. Dalam hal ini dengan memberikan pemahaman dari orang tua dan pihak sekolah sangatlah penting, sehingga diharapkan para remaja mampu menyadari dan memahami keburukan tentang masalah seksual, agar tingkat perkembangan seks bebas di kalangan remaja tidak terus bertambah.
Masalah-masalah yang sudah dibahas di atas, sebenarnya merupakan dampak dari berbagai persoalan yang dihadapi (persoalan pribadi, keluarga) yang akhirnya membawa seseorang pada penyalahgunaan-penyalahgunaan. Sedangkan pergaulan bebas (free sex, narkoba, HIV/ AIDS) sebagai tawaran yang sudah merupakan satu mata rantai lingkaran setan  yang akan menggerogoti kehidupan para remaja pada khususnya.
Yang terpenting sebenarnya adalah bagaimana remaja dapat menempatkan dirinya sebagai remaja yang baik dan benar sesuai dengan tuntutan agama dan norma yang berlaku di dalam masyarakat serta dituntut peran serta orangtua dalam memperhatikan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari anaknya, memberikan pendidikan agama, dan memberikan pendidikan seks yang benar. Oleh sebab itu permasalahan ini merupakan tugas seluruh elemen bangsa tanpa terkecuali, agar menjadi sebuah prioritas dalam penanganannya agar tidak terjadi kesia-siaan, seperti kematian yang disebabkan aborsi tersebut.urang perhatian orangtua dan kurangnya penanaman nilai-nilai agama berdampak pada pergaulan bebas dan berakibat remaja dengan gampang melakukan hubungan suami istri di luar nikah sehingga terjadi kehamilan dan pada kondisi ketidaksiapan berumah tangga dan untuk bertanggung jawab terjadilah aborsi.
Ternyata pergaulan bebas disebabkan karena kebebasan yang diartikan bebas secara mutlak tanpa ada butir-butir aturan yang menjaga jarak antara mereka. Di sadari atau tidak, jarak dalam pergaulan terutama pergaulan dengan lain jenis harus dijaga. Oleh karena itu, tanpa ada sekat-sekat pembatasan antara wanita dan laki-laki yang bukan muhrim akan berdampak negatif/ bahaya.
Dalam hal ini, sangat penting untuk diperhatikan khususnya bagi orang tua remaja untuk dapat memberikan pendidikan seks yang baik dan benar. Dan memberikan kepada remaja tersebut penekanan yang cukup berarti dengan cara meyampaikan; jika mau berhubungan seksual, mereka harus siap menanggung segala resikonya yakni hamil dan penyakit kelamin.
Namun disadari, masyarakat (orangtua) masih memandang tabu untuk memberikan pendidikan, pengarahan seks kepada anak. Padahal hal ini akan berakibat remaja mencari informasi dari luar yang belum tentu kebenaran akan hal seks tersebut. Dalam hal ini dengan memberikan pemahaman dari orang tua dan pihak sekolah sangatlah penting, sehingga diharapkan para remaja mampu menyadari dan memahami keburukan tentang masalah seksual, agar tingkat perkembangan seks bebas di kalangan remaja tidak terus bertambah.
Masalah-masalah yang sudah dibahas di atas, sebenarnya merupakan dampak dari berbagai persoalan yang dihadapi (persoalan pribadi, keluarga) yang akhirnya membawa seseorang pada penyalahgunaan-penyalahgunaan. Sedangkan pergaulan bebas (free sex, narkoba, HIV/ AIDS) sebagai tawaran yang sudah merupakan satu mata rantai lingkaran setan  yang akan menggerogoti kehidupan para remaja pada khususnya.
Yang terpenting sebenarnya adalah bagaimana remaja dapat menempatkan dirinya sebagai remaja yang baik dan benar sesuai dengan tuntutan agama dan norma yang berlaku di dalam masyarakat serta dituntut peran serta orangtua dalam memperhatikan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari anaknya, memberikan pendidikan agama, dan memberikan pendidikan seks yang benar. Oleh sebab itu permasalahan ini merupakan tugas seluruh elemen bangsa tanpa terkecuali, agar menjadi sebuah prioritas dalam penanganannya agar tidak terjadi kesia-siaan, seperti kematian yang disebabkan aborsi tersebut.dah (sebagai benteng pertahanan norma-norma iman dan moral) bermunculan, namun angka pertumbuhan pergaulan bebas inipun tetap meningkat.
Rata-rata mereka yang telah masuk ke dalam pergaulan bebas tsb. mengungkap beberapa alasan yang sama akan apa yang menyebabkan mereka seperti itu. Mereka mengatakan bahwa kasih sayang yang kurang dari orang tua, rumah yang selalu berperan sebagai gelanggang pertengkaran, paksaan-paksaan/ tekanan dariorang tua, putus cinta, ekonomi rendah/ miskin, kegagalan/ tidak tercapainya harapan, serta kurangnya kepedulian/ pengertian dari orang-orang sekitar sebagai alasan tsb. Padahal, bagaimana pun juga tak ada alasan untuk terjun ke dalam pergaulan bebas.
Dunia pendidikan pun semakin tercoreng dengan adanya pergaulan bebas yang akhir-akhir ini memenuhi kalangan remaja. Hal ini ditunjukkan dari beberapa kasus yang ada yaitu hamil di luar nikah karena diperkosa (3,2%), keinginan sendiri (12,9%), dan tidak terduga (45%). Seks bebas sendiri telah mencapai 22,6%. Kasus HIV pada remaja pun terus meningkat, setiap bulannya ada 10-20 kasus.
Seks bebas di kalangan remaja rupanya sudah tak tabulagi. Bahkan, mereka malah menyebut seks bebas sebagai hal biasa yang lumrah dilakukan dan menjadi tren. Dan mereka yang tak pernah melakukannya, justru dianggap ketinggalan zaman. Terlebih lagi, jika sebelumnya disebabkan kurangnya kasih sayang orangtua, kini penyebabnya justru karena cari kesenangan dan pembuktian cinta. Seolah, seks bebas menjadi “bumbu” dalam berpacaran. Tak ada seks, pacaran terasa hambar.
Pergaulan bebas itu pun berasal dari nafsu yang mereka sebut cinta. Inilah yang membuat mereka menjadi buta dan tuli. Kebutaan ini dapat diartikan tidak lagi melihat tata nilai terutama nilai-nilai religi dalam mengekspresikan cintanya. Dan yang dimaksud tuli yaitu tidak mau mendengar nasihat-nasihat agama yang seharusnya dapat membingkai cintanya.
Semakin tingginya frekuensi arus globalisasi di era industrialisasi yang sudah mengglobal serta arus modernisasi sangat berpengaruh besar terhadap pergaulan bebas dengan lain jenis (seks) ini. Para remaja bahkan begitu mudah memasuki tempat-tempat khusus orang dewasa, terutama malam minggu. Pelakunya bukan hanya kalangan SMA, bahkan sudah merambat di kalangan SMP.
Pada zaman modern sekarang ini, remaja sedang dihadapkan pada kondisi sistem-sistem nilai, dan kemudian sistem nilai tersebut terkikis oleh sistem nilai yang lain yang bertentangan dengan nilai moral dan agama. Seperti model pakaian (fasion), model pergaulan dan film-film yang begitu intensif remaja mengadopsi kedalam gaya pergaulan hidup mereka termasuk soal hubungan seks di luar nikah dianggap suatukewajaran.
Kalau dilacak secara fenomenal bahwa pergaulan di masa sekarang, khususnya di perkotaan, seakan-akan sudah menjadi bagian kultur yang diakui keberadaannya dan tidak bisa di hindari lagi. Padahal kalau dilihat di lapangan, pergaulan ini sangat meresahkan masyarakat, bahkan kalau kalangan remaja terus dibiasakan hal semacam ini tanpa ada kesadaran dan pendidikan yang berorientasikan pada moral, maka bagaimana dengan bangsa yang akan datang. Oleh karena itu, saat ini remaja dituntut untuk menyadari segala sesuatu yang harus dihadapinya dan lebih berhati-hati dalam bertindak.
Berdasarkan berbagai fakta di atas pun dapat diketahui bahwa faktor utama masalah pergaulan bebas ini adalah kurangnya pemahaman masyarakat saat ini terhadap batas-batas pergaulan. Di samping itu didukung oleh arus modernisasi yang telah mengglobal dan lemahnya benteng keimanan mengakibatkan masuknya budaya asing tanpa penyeleksian yang ketat. Seperti yang diketahui bahwa sebagian besar bangsa barat adalah bangsa sekuler, seluruh kebudayaan yang mereka hasilkan jauh dari norma-norma agama. Hal ini tentunya bertentangan dengan budaya Indonesia yang menjujung tinggi nilai agama dan pancasila.
Secara garis besar, adapun beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pergaulan bebas dikalangan remaja yaitu;
Pertama, Faktor agama dan iman.
Kedua, Faktor Lingkungan seperti orangtua, teman, tetangga dan media.
Ketiga, Pengetahuan yang minim ditambah rasa ingin tahu yang berlebihan.
Keempat, Perubahan Zaman secara mendasar, seperti kehadiran teknologi baru berupa channel Barat dan internet.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh perusahaan riset Internasional Synovate atas nama DKT Indonesia terhadap perilaku seksual remaja berusia 12-19 tahun pun mengungkapkan bahwa 64% remaja mengakui secara sadar melakukan hubungan seks pranikah dan telah melanggar nilai-nilai dan norma agama. Tetapi, kesadaran itu ternyata tidak mempengaruhi perbuatan dan prilaku seksual mereka. Dan celakanya, 10 persen seks bebas dilakukan di lingkungan sekolah, 18 persen dilakukan di rumah, sisanyadilakukan di tempat-tempat rekreasi dan hotel.
Hasil penelitian juga memaparkan para remaja tersebut tidak memiliki pengetahuan khusus serta komprehensif mengenai seks. Informasi tentang seks (65%) mereka dapatkan melalui teman, Film Porno (35%), sekolah (19%), dan orangtua (5%). Dari persentase ini dapat dilihat bahwa informasi dari teman lebih dominan dibandingkan orangtua dan guru, padahal teman sendiri tidak begitu mengerti dengan permasalahan seks ini, karena dia juga mentransformasi dari teman yang lainnya.
Kurang perhatian orangtua dan kurangnya penanaman nilai-nilai agama berdampak pada pergaulan bebas dan berakibat remaja dengan gampang melakukan hubungan suami istri di luar nikah sehingga terjadi kehamilan dan pada kondisi ketidaksiapan berumah tangga dan untuk bertanggung jawab terjadilah aborsi.
Ternyata pergaulan bebas disebabkan karena kebebasan yang diartikan bebas secara mutlak tanpa ada butir-butir aturan yang menjaga jarak antara mereka. Di sadari atau tidak, jarak dalam pergaulan terutama pergaulan dengan lain jenis harus dijaga. Oleh karena itu, tanpa ada sekat-sekat pembatasan antara wanita dan laki-laki yang bukan muhrim akan berdampak negatif/ bahaya.
Dalam hal ini, sangat penting untuk diperhatikan khususnya bagi orang tua remaja untuk dapat memberikan pendidikan seks yang baik dan benar. Dan memberikan kepada remaja tersebut penekanan yang cukup berarti dengan cara meyampaikan; jika mau berhubungan seksual, mereka harus siap menanggung segala resikonya yakni hamil dan penyakit kelamin.
Namun disadari, masyarakat (orangtua) masih memandang tabu untuk memberikan pendidikan, pengarahan seks kepada anak. Padahal hal ini akan berakibat remaja mencari informasi dari luar yang belum tentu kebenaran akan hal seks tersebut. Dalam hal ini dengan memberikan pemahaman dari orang tua dan pihak sekolah sangatlah penting, sehingga diharapkan para remaja mampu menyadari dan memahami keburukan tentang masalah seksual, agar tingkat perkembangan seks bebas di kalangan remaja tidak terus bertambah.
Masalah-masalah yang sudah dibahas di atas, sebenarnya merupakan dampak dari berbagai persoalan yang dihadapi (persoalan pribadi, keluarga) yang akhirnya membawa seseorang pada penyalahgunaan-penyalahgunaan. Sedangkan pergaulan bebas (free sex, narkoba, HIV/ AIDS) sebagai tawaran yang sudah merupakan satu mata rantai lingkaran setan  yang akan menggerogoti kehidupan para remaja pada khususnya.
Yang terpenting sebenarnya adalah bagaimana remaja dapat menempatkan dirinya sebagai remaja yang baik dan benar sesuai dengan tuntutan agama dan norma yang berlaku di dalam masyarakat serta dituntut peran serta orangtua dalam memperhatikan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari anaknya, memberikan pendidikan agama, dan memberikan pendidikan seks yang benar. Oleh sebab itu permasalahan ini merupakan tugas seluruh elemen bangsa tanpa terkecuali, agar menjadi sebuah prioritas dalam penanganannya agar tidak terjadi kesia-siaan, seperti kematian yang disebabkan aborsi tersebut.

Gak Sarapan, pemicu pergaulan Bebas??

     
  
Sebagian besar siswa kerap melewatkan sarapan pagi dengan alasan akan terlambat sekolah. Sebuah penelitian ilmuwan Jepang mungkin patut Anda perhitungkan untuk membudayakan sarapan bersama keluarga sebelum beraktivitas. Studi peneliti Jepang yang mempelajari kebiasaan makan 1.500 keluarga menemukan, remaja yang melewatkan sarapan pagi cenderung melakukan hubungan seks di usia dini. 
  
Seperti dikutip dari laman Telegraph, peneliti Jepang juga menemukan, remaja yang sarapan setiap hari sebelum ke sekolah melakukan hubungan seks pertama kali pada usia rata-rata 19,4 tahun dibandingkan usia 17,5 tahun pada remaja yang tidak sarapan pagi. 
Studi yang mewawancarai responden berusia 16 hingga 49 tahun juga menemukan mereka yang memiliki ikatan emosional yang buruk dengan ibu melakukan hubungan seks di usia lebih muda. Remaja yang bermasalah dengan ibu, rata-rata berhubungan seks pertama kali pada usia 16 tahun ketimbang remaja yang memiliki ikatan erat dengan ibu, pada usia 19 tahun. 
  
Pendidikan tentang hubungan seksual, menurut Kunio Kitamura, Direktur Eksekutif Asosiasi Keluarga Berencana Jepang, dibangun lewat keluarga, salahsatunya dengan waktu makan. “Kenyataan bahwa orang tidak bisa sarapan menunjukkan sesuatu tentang lingkungan keluarga mereka,” kata Dr Kitamura. 
Dia menambahkan, “sebelum menyalahkan individu yang berhubungan seks pada usia dini, mungkin perlu untuk melihat hubungan dalam rumah.” Lewat berbagai studi, para ilmuwan telah membuktikan bahwa sarapan di rumah berhubungan dengan penurunan berat badan, meningkatkan konsentrasi dan kesehatan secara umum. 

Jumat, 04 November 2011

Waspadai pergaulan bebas di kalangan remaja

Semakin hari, zaman berkembang kian pesat. Sayangnya, perkembangan zaman ini turut mengubah pola dan gaya hidup remaja ke arah negatif. Perkembangan zaman semakin dibarengi dengan merajalelanya kemaksiatan. Ya. Pergaulan bebas dan perilaku menyimpang seolah telah menemukan kewajarannya. Padahal, hal ini merupakan cermin ketragisan sebuah zaman.
Penyalahgunaan Masa Remaja
Masa remaja boleh dikatakan sebagai masa paling berseri. Pada masa ini, para remaja melakukan ajang pencarian jati diri. Berbagai hal baru mereka coba, bahkan banyak yang terjebak dalam ranah pergaulan bebas. Ya. Pergaulan bebas di kalangan remaja sudah mencapai titik kritis, terutama masalah free sex atau seks bebas.
Para remaja pun bisa dengan sangat mudah memasuki tempat-tempat khusus orang dewasa, terutama saat malam Minggu. Selain menjangkiti kalangan SMA, para pelaku seks bebas ini telah merambah anak-anak SMP. Banyak kasus remaja putri yang hamil akibat “kecelakaan”. Padahal, mereka sebenarnya tidak memahami risiko yang akan dihadapi akibat perbuatan tersebut.
Pemicu Pergaulan Bebas
Banyaknya remaja yang terjerumus ke dalam pergaulan bebas bukan semata-mata tanpa sebab. Perbuatan itu turut diindikasikan oleh jaringan tertentu yang menggiring para remaja pada hal-hal berbau negatif. Salah satu faktor pemicu pergaulan bebas adalah tersedianya fasilitas tempat-tempat hiburan malam serta para penikmatnya yang seolah mendapatkan kesenangan luar biasa.
Pencegahan Dini
Bagaimanapun, tidak ada yang membenarkan perilaku seks bebas. Bahkan, agama sangat menentang perbuatan satu ini. Salah satu upaya untuk menjauhkan para remaja dari perilaku seks bebas adalah melakukan pencegahan secara dini. Salah satu caranya adalah memberikan pengetahuan mengenai seks terkait kebaikan dan keburukannya.
Sayangnya, orangtua cenderung merasa tabu membicarakan masalah seks dengan anak-anak. Padahal, hal ini merupakan langkah awal pencegahan anak untuk melakukan seks bebas. Berdasarkan survei, banyaknya remaja yang terjebak dalam seks bebas disebabkan oleh ketidaktahuan mereka mengenai urusan seks.
Ketidaktahuan itulah yang akan menjadi pemancing rasa ingin tahu mereka sehingga nekad melakukan seks bebas. Padahal, seks bukan hanya perkara hubungan intim antara seorang pria dan wanita. Ada hal lain yang berhubungan dengan urusan seks, misalnya cara merawat organ vital, mencegah HIV, dan sebagainya.
Pembelajaran seks secara benar akan membuat para remaja melakukan pola hidup yang benar. Selain pendidikan tentang seks, setiap remaja harus dibekali dengan pengetahuan tentang agama. Bahkan, agama menjadi landasan utama pengontrol perilaku seseorang. Biasakan anak untuk mengenal Tuhan lebih dekat serta pengertian tentang dosa.
Orangtua Harus Ketat
Maraknya pergaulan bebas akan membentuk pribadi anak-anak menjadi seorang pembohong besar. Mereka akan melakukan berbagai kebohongan untuk memperoleh izin pergi malam maupun pulang sekolah terlambat. Mereka bisa saja berdalih belajar kelompok. Padahal, mereka pergi ke tempat hiburan bersama teman-temannya.
Oleh sebab itu, pengawasan orangtua mesti diperketat. Pastikan bahwa ucapan anak-anak itu benar. Jangan langsung percaya jika mereka minta izin belajar kelompok malam hari. Selain pengawasan ketat, orangtua perlu memberikan contoh perilaku yang baik terhadap anak-anak. Bagaimanapun, orangtua adalah figur panutan anak-anak yang akan dicontoh.
Jangan Jauhi Mereka!
Jika sudah telanjur hamil, anak-anak tersebut baru akan merasakan penyesalan mendalam. Terlebih, mereka akan diasingkan oleh teman-temannya. Padahal, mereka sebaiknya mendapatkan perlakuan yang normal. Namun, hal ini bukan berarti sebuah pembenaran akan perbuatan itu, melainkan salah satu upaya pencegahan agar mereka tidak terjerumus kedua kali.
Waspadai anak-anak dari jeratan pergaulan bebas! Semoga bermanfaat!

Pergaulan Bebas, Hukum dan Kerusakannya

Tak semudah menyerukannya, ternyata hal yang satu ini pun sulit dihindari. Setan seolah tak mau kehilangan kesempatannya untuk menyesatkan anak cucu Adam yang hidup semakin modern. Tuntutan zaman pun menjadi alasan dibenarkannya hal ini.

Pergaulan bebas semakin marak dan tak asing di telinga kita. Mulai dari kalangan pemimpin hingga bawahannya, tua maupun muda, wong melarat (miskin) dan konglomerat semuanya tak lepas dari praktik pergaulan bebas. Bahkan baru-baru ini, media banyak memberitakan para public figure tanah air kita pun tak bisa mengelak. Entah mereka jera atau tidak dengan ketetapan hukum yang terkesan mengulur-ulur waktu.

Padahal dalam Islam, jelas hal ini menjerumus kepada zina yang termasuk dosa besar dan berdampak kerusakan yang tak terbayangkan. Hukuman bagi pelakunya pun sangat berat hingga butuh ribuan kali untuk berfikir melakukan hal tersebut. Selebihnya, simak uraian berikut!

Hukum Zina dalam Islam
Zina adalah melakukan hubungan suami istri di luar nikah sebagaimana masuknya timba ke lubang sumur atau celak ke dalam botol celak. Islam agama yang menjunjung tinggi kehormatan pemeluknya. Untuk itu, penetapan hukum Islam adalah haram dan tak main-main terutama dalam hal zina. Hingga pelakunya dikenakan hukuman yang berat. Allah berfirman dalam QS. Al Isra' {17}: 32

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.

Ayat di atas menerangkan bahwa mendekati zina saja dilarang, apalagi zina. Perkara-perkara yang mendekati zina telah Rasulullah jelaskan dalam hadis riwayat Muslim.

Zinanya mata adalah melihat, zina telinga adalah mendengar, zina lidah adalah berkata, zina tangan adalah menyentuh, zina kaki adalah berjalan, zina hati adalah ingin dan berangan-angan. Dibenarkan hal ini oleh kelaminnya atau didustakannya.

Mendapat Siksa Dunia dan Akhirat
Islam secara tegas menghukum para pelaku zina sebagai mana Allah jelaskan dalam QS. An Nur {24}: 2

Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera(cambuk), dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.

Dalam kesepakatan ulama, ayat diatas dikenai kepada seseorang yang belum pernah terikat akad nikah. Ditambah dengan pengasingan selama 1 tahun. Sedangkan bagi seseorang yang telah menikah atau sudah pernah terikat akad nikah, juga terkena hukum diatas ditambah hukuman rajam (dilempari batu hingga mati).

Akan tetapi banyak persyaratan yang harus di penuhi. Berdasarkan hadis Rasulullah dan al quran paling tidak ada empat syarat, yaitu:

1). Ada empat orang saksi (QS. An Nur {24}:4)

Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik.

Syarat menjadi saksi adalah :
1. Islam, balegh (dewasa), berakal sehat (tidak gila)

2. Berjumlah empat orang laki-laki. Seorang saksi laki-laki dapat digantikan dua orang saksi perempuan.

3. Melihat kejadian secara langsung dalam satu waktu/kejadian.

2). Menduh dengan saling melaknat/li'an
Hal ini dapat dilakukan apabila terdapat suami atau isteri yang menuduh pasangannya berzina. Kemudian mereka bersumpah empat kali menyebut nama Allah di depan mahkamah. Dan sumpah yang kelima, berisi kalimat laknat Allah yang akan mengenai dirinya bila ia berbohong.

3). Adanya bukti kuat
Buktu yang dimaksud adalah kehamilan yang terdapat pada wanita yang dihamili. Atau dengan uji identifikasi laboratorium yang memperkuat bukti.

4). Pengakuan (syayidul adillah)
Di zaman Rasulullah SAW, hampir semua kasus perzinahan diputuskan berdasarkan pengakuan para pelaku langsung. Seperti yang dilakukan kepada Maiz dan wanita Ghamidiyah. Pengakuan dilakukan sebanyak empat kali kesaksian (pendapat Imam Al-Hanabilah dan Ishaq).

Bila tidak melaksanakan hukuman tersebut, pelaku akan di ancam dengan api neraka yang nantinya akan membakar tubuh mereka. Dalam hadist Sumarah bin Jundab yang panjang tentang mimpi Nabi saw, Beliau saw bersabda:
“Kemudian kami berjalan dan sampai kepada suatu bangunan serupa tungku api dan di situ kedengaran suara hiruk-pikuk. Lalu kami tengok ke dalam, ternyata di situ ada beberapa laki-laki dan perempuan yang telanjang bulat. Dari bawah mereka datang kobaran api dan apabila kena nyala api itu, mereka memekik. Aku bertanya, “Siapakah orang itu” Jawabnya, “Adapun sejumlah laki-laki dan perempuan yang telanjang bulat yang berada di dalam bangunan serupa tungku api itu adalah para pezina laki-laki dan perempuan.” (Shahih: Shahihul Jami’us Shaghir no: 3462 dan Fathul Bari XII: 438 no: 7047).

Kerusakan Akibat Zina

Berdasarkan hadis Rasulullah diriwayatkan oleh Ibnu Majah
Nabi Muhammad Saw bersabda, "Tiada perbuatan keji (zina) telah menyebar pada suatu kaum hingga mereka terang-terangan dengannya melainkan akan menjalar ke tengah-tengah mereka penyakit tha'un dan berbagai penyakit yang belum pernah dialami oleh orang-orang sebelum mereka.

Saatnya kita hindari perbuatan yang mendekati zina mengingat hukum dan adzab yang berat sekali yang ditimpakan kepada pelaku zina. Hukum Islam datang sebagai solusi. bukan hukum kekerasan. Justru dengan hal ini diharapkan pelaku berfikir ribuan kali sebelum bertindak. Oleh karenanya, saatnya tegakkan syariah Islam dengan kepemimpinan Islam (khilafah Islam) agar tercapai peradaban Islam yang di rahmati Allah.

Read more: Zina - Pergaulan Bebas, Hukum dan Kerusakannya ~ Kehidupan Islam http://firmanazka.blogspot.com/2010/06/zina-pergaulan-bebas-hukum-dan.html#ixzz1ckX6KEwb
http://firmanazka.blogspot.com

Pergaulan Bebas adalah Haram

Di antara jalan-jalan yang diharamkan Islam ialah: Bersendirian dengan seorang perempuan lain. Yang dimaksud perempuan lain, yaitu: bukan isteri, bukan salah satu kerabat yang haram dikawin untuk selama-lamanya, seperti ibu, saudara, bibi dan sebagainya yang insya Allah nanti akan kami bicarakan selanjutnya.
Ini bukan berarti menghilangkan kepercayaan kedua belah pihak atau salah satunya, tetapi demi menjaga kedua insan tersebut dari perasaan-perasaan yang tidak baik yang biasa bergelora dalam hati ketika bertemunya dua jenis itu, tanpa ada orang ketiganya.
Dalam hal ini Rasulullah bersabda sebagai berikut:
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan sekali-kali dia bersendirian dengan seorang perempuan yang tidak bersama mahramnya, karena yang ketiganya ialah syaitan." (Riwayat Ahmad) "Jangan sekali-kali salah seorang di antara kamu menyendiri dengan seorang perempuan, kecuali bersama mahramnya."
Imam Qurthubi dalam menafsirkan firman Allah yang berkenaan dengan isteri-isteri Nabi, yaitu yang tersebut dalam surah al-Ahzab ayat 53, yang artinya: "Apabila kamu minta sesuatu (makanan) kepada mereka (isteri-isteri Nabi), maka mintalah dari balik tabir. Karena yang demikian itu lebih dapat membersihkan hati-hati kamu dan hati-hati mereka itu," mengatakan: maksudnya perasaan-perasaan yang timbul dari orang laki-laki terhadap orang perempuan, dan perasaan-perasaan perempuan terhadap laki-laki. Yakni cara seperti itu lebih ampuh untuk meniadakan perasaan-perasaan bimbang dan lebih dapat menjauhkan dari tuduhan yang bukan-bukan dan lebih positif untuk melindungi keluarga.
Ini berarti, bahwa manusia tidak boleh percaya pada diri sendiri dalam hubungannya dengan masalah bersendirian dengan seorang perempuan yang tidak halal baginya. Oleh karena itu menjauhi hal tersebut akan lebih baik dan lebih dapat melindungi serta lebih sempurna penjagaannya.
Secara khusus, Rasulullah memperingatkan juga seorang laki-laki yang bersendirian dengan ipar. Sebab sering terjadi, karena dianggap sudah terbiasa dan memperingan hal tersebut di kalangan keluarga, maka kadang-kadang membawa akibat yang tidak baik. Karena bersendirian dengan keluarga itu bahayanya lebih hebat daripada dengan orang lain, dan fitnah pun lebih kuat. Sebab memungkinkan dia dapat masuk tempat perempuan tersebut tanpa ada yang menegur. Berbeda sekali dengan orang lain.
Yang sama dengan ini ialah keluarga perempuan yang bukan mahramnya seperti kemanakannya baik dari pihak ayah atau ibu. Dia tidak boleh berkhalwat dengan mereka ini. Rasulullah s.a.w. pernah bersabda sebagai berikut:
"Hindarilah keluar-masuk rumah seorang perempuan. Kemudian ada seorang laki-laki dari sahabat Anshar bertanya: Ya Rasulullah! Bagaimana pendapatmu tentang ipar? Maka jawab Nabi: Bersendirian dengan ipar itu sama dengan menjumpai mati." (Riwayat Bukhari)
Yang dimaksud ipar, yaitu keluarga isteri/keluarga suami. Yakni, bahwa berkhalwat (bersendirian) dengan ipar membawa bahaya dan kehancuran, yaitu hancurnya agama, karena terjadinya perbuatan maksiat; dan hancurnya seorang perempuan dengan dicerai oleh suaminya apabila sampai terjadi cemburu, serta membawa kehancuran hubungan sosial apabila salah satu keluarganya itu ada yang berburuk sangka kepadanya.
Bahayanya ini bukan hanya sekedar kepada instink manusia dan perasaan-perasaan yang ditimbulkan saja, tetapi akan mengancam eksistensi rumahtangga dan kehidupan suami-isteri serta rahasia kedua belah pihak yang dibawa-bawa oleh lidah-lidah usil atau keinginan-keinginan untuk merusak rumahtangga orang.
Justru itu pula, Ibnul Atsir dalam menafsirkan perkataan ipar adalah sama dengan mati itu mengatakan sebagai berikut: Perkataan tersebut biasa dikatakan oleh orang-orang Arab seperti mengatakan singa itu sama dengan mati, raja itu sama dengan api, yakni bertemu dengan singa dan raja sama dengan bertemu mati dan api.
Jadi berkhalwat dengan ipar lebih hebat bahayanya daripada berkhalwat dengan orang lain. Sebab kemungkinan dia dapat berbuat baik yang banyak kepada si ipar tersebut dan akhirnya memberatkan kepada suami yang di luar kemampuan suami, pergaulan yang tidak baik atau lainnya, Sebab seorang suami tidak merasa kikuk untuk melihat dalamnya ipar dengan keluar-masuk rumah ipar tersebut.

LATAR BELAKANG PERILAKU SEKS BEBAS DAN PERKEMBANGANNYA DALAM POLA KEHIDUPAN MASYARAKAT

I. Latar Belakang Perilaku Seks Bebas
Seks pada hakekatnya merupakan dorongan narluri alamiah tentang
kepuasan syahwat. Tetapi banyak kalangan yang secara ringkas
mengatakan bahwa seks itu adalah istilah lain dari Jenis kelamin yang
membedakan antara pria dan wanita. Jika kedua jenis seks ini
bersatu, maka disebut perilaku seks. Sedangkan perilaku seks dapat
diartikan sebagai suatu perbuatan untuk menyatakan cinta dan
menyatukan kehidupan secara intim. Ada pula yang mengatakan
bahwa seks merupakan hadiah untuk memenuhi atau memuaskan
hasrat birahi pihak lain. Akan tetapi sebagai manusia yang beragama,
berbudaya, beradab dan bermoral, seks merupakan dorongan emosi
cinta suci yang dibutuhkan dalam angka mencapai kepuasan nurani
dan memantapkan kelangsungan keturunannya. Tegasnya, orang yang
ingin mendapatkan cinta dan keturunan, maka ia akan melakukan
hubungan seks dengan lawan jenisnya.
Perilaku seks merupakan salah satu kebutuhan pokok yang senantiasa
mewarnai pola kehidupan manusia dalam masyarakat. Perilaku seks
sangat dipengaruhi oleh nilai dan norma budaya yang berlaku dalam
masyarakat. Setiap golongan masyarakat memiliki persepsi dan batas
kepentingan tersendiri terhadap perilaku seks.
Bagi golongan masyarakat tradisional yang terikat kuat dengan nilai
dan norma, agama serta moralitas budaya, cenderung memandang
seks sebagai suatu perilaku yang bersifat rahasia dan tabu untuk
dibicarakan secara terbuka, khususnya bagi golongan yang dianggap
belum cukup dewasa. Para orang tua pada umumnya menutup
pembicaraan tentang seks kepada anak-anaknya, termasuk mereka
sendiri sebagai suami isteri merasa risih dan malu berbicara tentang
seks. Bagi kalangan ini perilaku seksual diatur sedemikian rupa
dengan ketentuan-ketentuan hukum adat, Agama dan ajaran moralitas,
dengan tujuan agar dorongan perilaku seks yang alamiah ini dalam
prakteknya sesuai dengan batas-batas kehormatan dan kemanusiaan.
Biasanya hubungan intim antara dua orang lawan jenis cenderung
3
bersifat emosional primer, dan apabila terpisah atau mendapat
hambatan, maka keduanya akan merasa terganggu atau kehilangan
jati dirinya.
Berbeda dengan hubungan intim yang terjadi dalam kehidupan masyarakat
modern, biasanya cenderung bersifat rasional sekunder.
Anak-anak yang mulai tumbuh remaja lebih suka berbicara seks
dikalangan teman-temannya. Jika hubungan intim itu terpisah atau
mendapat hambatan, maka mereka tidak akan kehilangan jati diri
dan lebih cepat untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan dalam
lingkungan pergaulan lainnya. Lembaga keluarga yang bersifat
universal dan multi fungsional, baik pengawasan sosial, pendidikan
keagamaan dan moral, memelihara, perlindungan dan rekreasi
terhadap anggota-anggota keluarganya, dalam berhadapan dengan
proses modernitas sosial, cenderung kehilangan fungsinya. Sebagai
konsekuensi proses sosialisasi norma-norma yang berhubungan
batas-batas pola dan etika pergaulan semakin berkurang, maka
pengaruh pola pergaulan bebas cenderung lebih dominan merasuk
kedalam kebiasaan baru. Seks sebagai kebutuhan manusia yang
alamiah tersebut dalam upaya pemenuhannya cenderung didominasi
oleh dorongan naluri seks secara subyektif. Akibatnya sering terjadi
penyimpangan dan pelanggaran perilaku seks di luar batas hak-hak
kehormatan dan tata susila kemanusiaan.
Latar belakang terjadinya perilaku seks bebas pada umumnya
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Gagalnya sosialisasi norma-norma dalam keluarga, terutama
keyakinan agama dan moralitas;
2. Semakin terbukanya peluang pergaulan bebas; setara dengan
kuantitas pengetahuan tentang perilaku seks pada lingkungan
sosial dan kelompok pertemanan;
3. Kekosongan aktivitas-aktivitas fisik dan rasio dalam kehidupan
sehari-hari;
4. Sensitifitas penyerapan dan penghayatan terhadap struktur
pergaulan dan seks bebas relatif tinggi;
5. Rendahnya konsistensi pewarisan contoh perilaku tokoh-tokoh
masyarakat dan lembaga-lembaga sosial yang berwenang;
6. Rendahnya keperdulian dan kontrol sosial masyarakat;
7. Adanya kemudahan dalam mengantisipasi resiko kehamilan;
8. Rendahnya pengetahuan tentang kesehatan dan resiko
penyakit berbahaya;
9. Sikap perilaku dan busana yang mengundang desakan seks;
10. Kesepian, berpisah dengan pasangan terlalu lama, atau
karena keinginan untuk menikmati sensasi seks di luar
rutinitas rumah tangga;
4
11. Tersedianya lokalisasi atau legalitas pekerja seks.
Berdasarkan alasan tersebut, maka semakin terbukalah pergaulan
bebas antara pria dan wanita, baik bagi kalangan remaja maupun
kalangan yang sudah berumah tangga. Hal ini dimungkinkan karena
sosialisasi norma dalam keluarga tidak efektif, sementara cabang
hubungan pergaulan dengan berbagai pola perilaku seks di luar rumah
meningkat yang kemudian mendominasi pembentukan kepribadian
baru. Kalangan remaja pada umumnya lebih sensitif menyerap
struktur pergaulan bebas dalam kehidupan masyarakat. Bagi suami
isteri yang bekerja di luar rumah, tidak mustahil semakin banyak
meninggalkan norma-norma dan tradisi keluarga sebelumnya,
kemudian dituntut untuk menyesuaikan diri dalam sistem pergaulan
baru, termasuk pergaulan intim dengan lawan jenis dalam peroses
penyelesaian pekerjaan. Kondisi pergaulan semacam ini seseorang tidak
hanya mungkin menjauh dari perhitungan nilai harmonisasi keluarga,
akan tetapi selanjutnya semakin terdorong untuk mengejar karier
dalam perhitungan ekonomis material. Kenyataan ini secara implisit
melembaga, dimaklumi, lumrah, dan bahkan merupakan kebutuhan
baru bagi sebagian besar keluarga dalam masyarakat modern.
Kebutuhan baru ini menuntut seseorang untuk membentuk sistem
pergaulan modernitas yang cenderung meminimalisasi ikatan moral
dan kepedulian terhadap hukum-hukum agama. Sementara di pihak
lain, jajaran pemegang status terhormat sebagai sumber pewarisan
norma, seperti penegak hukum, para pemimpin formal, tokoh
masyarakat dan agama, ternyata tidak mampu berperan dengan
contoh-contoh perilaku yang sesuai dengan statusnya. Sebagai
konsekuensinya adalah membuka peluang untuk mencari kebebasan
di luar rumah. Khususnya dalam pergaulan lawan jenis pada
lingkungan bebas norma dan rendahnya kontrol sosial, cenderung
mengundang hasrat dan kebutuhan seks seraya menerapkannya secara
bebas.
Bagi kalangan remaja, seks merupakan indikasi kedewasaan yang
normal, akan tetapi karena mereka tidak cukup mengetahui secara
utuh tentang rahasia dan fungsi seks, maka lumrah kalau mereka
menafsirkan seks semata-mata sebagai tempat pelampiasan birahi,
tak perduli resiko. Kendatipun secara sembunyi-sembunyi mereka
merespon gosip tentang seks diantara kelompoknya, mereka menganggap
seks sebagai bagian penting yang tidak bisa dipisahkan dari
kehidupan remaja. Kelakar pornografi merupakan kepuasan tersendiri,
sehinga mereka semakin terdorong untuk lebih dekat mengenal
lika-liku seks sesungguhnya. Jika immajinasi seks ini memperoleh
tanggapan yang sama dari pasangannya, maka tidak mustahil kalau
harapan-harapan indah yang termuat dalam konsep seks ini benarbenar
dilakukan.
5
II. Popularitas Perilaku Seks Bebas dalam kehidupan masyarakat
Pupulernya perilaku seks di luar nikah, karena adanya tekanan dari
teman-temannya atau mungkin dari pasangannya sendiri. Kemudian
disusul oleh dorongan kebutuhan nafsu seks secara emosional, di
samping karena rendahnya pemahaman tentang makna cinta dan
rasa keingintahuan yang tinggi tentang seks. Beberapa hasil
penelitian mengungkapkan bahwa gadis melakukan seks di luar nikah
karena tekanan teman-temannya sesama wanita. Teman-temannya
mengatakan bahwa:
"Semua gadis modern melakukannya, kalau tidak, ya.., termasuk gadir kampungan";
"Jaman sekarang tak ada lagi perawan-perawanan, nikmati saja hidup ini dengan
keindahan".
Dengan demikian Ia melakukannya hanya untuk membuktikan
bahwa iapun sama normalnya dengan kelompok teman modernnya
yang telah terperangkap dalam penyimpangan moral. Ia ingin tetap
diterima oleh kelompok temannya secara berlebihan, sehingga
mengalahkan kepribadian dan citra diri. Pengakuan lain, bahwa
melakukan seks dengan alasan agar cinta pasangannya semakin
kuat, dan apabila aku tidak melakukannya, berarti aku tidak bisa
menunjukkan bukti cintaku kepadanya.
Kecuali itu, karena mereka telah beribu-ribu kali memperoleh
informasi tentang kehebatan dan kedahsyatan seks itu, baik dari
pergaulan sehari-hari maupun dari mass media, seperti televisi, film,
show, majalah dan brosur-brosur porno yang cenderung mengagungkan
kehidupan seks inkonvensional, dimana terdapat kemudahan untuk
berkencan intim, berpegangan, berpelukan, meraba, dan bahkan
tidur bersama. Gosip-gosip seks secara bertubi-tubi dan secara
berantai telah membakar rasa penasaran mereka terhadap seks,
sehingga timbul pertanyaan dalam hayal mereka:
"seperti apa sih rasanya seks itu"?,
"apa benar sedahsyat yang dikatakan orang"?
Dalam perasaan penasasan, mereka akhirnya mencari tahu sendiri
dengan riset partisipatif. Setelah seks itu ditemukan dalam praktek,
lalu semuanya terjawab dan ternyata sesuai dengan hipotesis, sehingga
terbentuklah perilaku yang namanya KETAGIHAN. Kalangan pencinta
seks ini berpikir bahwa:
lebih dari setahun yang lalu