Sabtu, 05 November 2011

Hal-hal yang Menyebabkan Para Remaja Terjerumus dalam Pergaulan Bebas dan Upaya untuk Mengatasinya

Problem remaja yang dihadapi para orang tua, adalah problem yang tidak pernah selesai dan selalu berganti-ganti kasusnya. Problem remaja bukan hanya monopoli masyarakat kota besar, tapi juga termasuk kota-kota kecil. Meskipun banyak tempat-tempat ibaProblem remaja yang dihadapi para orang tua, adalah problem yang tidak pernah selesai dan selalu berganti-ganti kasusnya. Problem remaja bukan hanya monopoli masyarakat kota besar, tapi juga termasuk kota-kota kecil. Meskipun banyak tempat-tempat ibadah (sebagai benteng pertahanan norma-norma iman dan moral) bermunculan, namun angka pertumbuhan pergaulan bebas inipun tetap meningkat.
Rata-rata mereka yang telah masuk ke dalam pergaulan bebas tsb. mengungkap beberapa alasan yang sama akan apa yang menyebabkan mereka seperti itu. Mereka mengatakan bahwa kasih sayang yang kurang dari orang tua, rumah yang selalu berperan sebagai gelanggang pertengkaran, paksaan-paksaan/ tekanan dariorang tua, putus cinta, ekonomi rendah/ miskin, kegagalan/ tidak tercapainya harapan, serta kurangnya kepedulian/ pengertian dari orang-orang sekitar sebagai alasan tsb. Padahal, bagaimana pun juga tak ada alasan untuk terjun ke dalam pergaulan bebas.
Dunia pendidikan pun semakin tercoreng dengan adanya pergaulan bebas yang akhir-akhir ini memenuhi kalangan remaja. Hal ini ditunjukkan dari beberapa kasus yang ada yaitu hamil di luar nikah karena diperkosa (3,2%), keinginan sendiri (12,9%), dan tidak terduga (45%). Seks bebas sendiri telah mencapai 22,6%. Kasus HIV pada remaja pun terus meningkat, setiap bulannya ada 10-20 kasus.
Seks bebas di kalangan remaja rupanya sudah tak tabulagi. Bahkan, mereka malah menyebut seks bebas sebagai hal biasa yang lumrah dilakukan dan menjadi tren. Dan mereka yang tak pernah melakukannya, justru dianggap ketinggalan zaman. Terlebih lagi, jika sebelumnya disebabkan kurangnya kasih sayang orangtua, kini penyebabnya justru karena cari kesenangan dan pembuktian cinta. Seolah, seks bebas menjadi “bumbu” dalam berpacaran. Tak ada seks, pacaran terasa hambar.
Pergaulan bebas itu pun berasal dari nafsu yang mereka sebut cinta. Inilah yang membuat mereka menjadi buta dan tuli. Kebutaan ini dapat diartikan tidak lagi melihat tata nilai terutama nilai-nilai religi dalam mengekspresikan cintanya. Dan yang dimaksud tuli yaitu tidak mau mendengar nasihat-nasihat agama yang seharusnya dapat membingkai cintanya.
Semakin tingginya frekuensi arus globalisasi di era industrialisasi yang sudah mengglobal serta arus modernisasi sangat berpengaruh besar terhadap pergaulan bebas dengan lain jenis (seks) ini. Para remaja bahkan begitu mudah memasuki tempat-tempat khusus orang dewasa, terutama malam minggu. Pelakunya bukan hanya kalangan SMA, bahkan sudah merambat di kalangan SMP.
Pada zaman modern sekarang ini, remaja sedang dihadapkan pada kondisi sistem-sistem nilai, dan kemudian sistem nilai tersebut terkikis oleh sistem nilai yang lain yang bertentangan dengan nilai moral dan agama. Seperti model pakaian (fasion), model pergaulan dan film-film yang begitu intensif remaja mengadopsi kedalam gaya pergaulan hidup mereka termasuk soal hubungan seks di luar nikah dianggap suatukewajaran.
Kalau dilacak secara fenomenal bahwa pergaulan di masa sekarang, khususnya di perkotaan, seakan-akan sudah menjadi bagian kultur yang diakui keberadaannya dan tidak bisa di hindari lagi. Padahal kalau dilihat di lapangan, pergaulan ini sangat meresahkan masyarakat, bahkan kalau kalangan remaja terus dibiasakan hal semacam ini tanpa ada kesadaran dan pendidikan yang berorientasikan pada moral, maka bagaimana dengan bangsa yang akan datang. Oleh karena itu, saat ini remaja dituntut untuk menyadari segala sesuatu yang harus dihadapinya dan lebih berhati-hati dalam bertindak.
Berdasarkan berbagai fakta di atas pun dapat diketahui bahwa faktor utama masalah pergaulan bebas ini adalah kurangnya pemahaman masyarakat saat ini terhadap batas-batas pergaulan. Di samping itu didukung oleh arus modernisasi yang telah mengglobal dan lemahnya benteng keimanan mengakibatkan masuknya budaya asing tanpa penyeleksian yang ketat. Seperti yang diketahui bahwa sebagian besar bangsa barat adalah bangsa sekuler, seluruh kebudayaan yang mereka hasilkan jauh dari norma-norma agama. Hal ini tentunya bertentangan dengan budaya Indonesia yang menjujung tinggi nilai agama dan pancasila.
Secara garis besar, adapun beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pergaulan bebas dikalangan remaja yaitu;
Pertama, Faktor agama dan iman.
Kedua, Faktor Lingkungan seperti orangtua, teman, tetangga dan media.
Ketiga, Pengetahuan yang minim ditambah rasa ingin tahu yang berlebihan.
Keempat, Perubahan Zaman secara mendasar, seperti kehadiran teknologi baru berupa channel Barat dan internet.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh perusahaan riset Internasional Synovate atas nama DKT Indonesia terhadap perilaku seksual remaja berusia 12-19 tahun pun mengungkapkan bahwa 64% remaja mengakui secara sadar melakukan hubungan seks pranikah dan telah melanggar nilai-nilai dan norma agama. Tetapi, kesadaran itu ternyata tidak mempengaruhi perbuatan dan prilaku seksual mereka. Dan celakanya, 10 persen seks bebas dilakukan di lingkungan sekolah, 18 persen dilakukan di rumah, sisanyadilakukan di tempat-tempat rekreasi dan hotel.
Hasil penelitian juga memaparkan para remaja tersebut tidak memiliki pengetahuan khusus serta komprehensif mengenai seks. Informasi tentang seks (65%) mereka dapatkan melalui teman, Film Porno (35%), sekolah (19%), dan orangtua (5%). Dari persentase ini dapat dilihat bahwa informasi dari teman lebih dominan dibandingkan orangtua dan guru, padahal teman sendiri tidak begitu mengerti dengan permasalahan seks ini, karena dia juga mentransformasi dari teman yang lainnya.
KProblem remaja yang dihadapi para orang tua, adalah problem yang tidak pernah selesai dan selalu berganti-ganti kasusnya. Problem remaja bukan hanya monopoli masyarakat kota besar, tapi juga termasuk kota-kota kecil. Meskipun banyak tempat-tempat ibadah (sebagai benteng pertahanan norma-norma iman dan moral) bermunculan, namun angka pertumbuhan pergaulan bebas inipun tetap meningkat.
Rata-rata mereka yang telah masuk ke dalam pergaulan bebas tsb. mengungkap beberapa alasan yang sama akan apa yang menyebabkan mereka seperti itu. Mereka mengatakan bahwa kasih sayang yang kurang dari orang tua, rumah yang selalu berperan sebagai gelanggang pertengkaran, paksaan-paksaan/ tekanan dariorang tua, putus cinta, ekonomi rendah/ miskin, kegagalan/ tidak tercapainya harapan, serta kurangnya kepedulian/ pengertian dari orang-orang sekitar sebagai alasan tsb. Padahal, bagaimana pun juga tak ada alasan untuk terjun ke dalam pergaulan bebas.
Dunia pendidikan pun semakin tercoreng dengan adanya pergaulan bebas yang akhir-akhir ini memenuhi kalangan remaja. Hal ini ditunjukkan dari beberapa kasus yang ada yaitu hamil di luar nikah karena diperkosa (3,2%), keinginan sendiri (12,9%), dan tidak terduga (45%). Seks bebas sendiri telah mencapai 22,6%. Kasus HIV pada remaja pun terus meningkat, setiap bulannya ada 10-20 kasus.
Seks bebas di kalangan remaja rupanya sudah tak tabulagi. Bahkan, mereka malah menyebut seks bebas sebagai hal biasa yang lumrah dilakukan dan menjadi tren. Dan mereka yang tak pernah melakukannya, justru dianggap ketinggalan zaman. Terlebih lagi, jika sebelumnya disebabkan kurangnya kasih sayang orangtua, kini penyebabnya justru karena cari kesenangan dan pembuktian cinta. Seolah, seks bebas menjadi “bumbu” dalam berpacaran. Tak ada seks, pacaran terasa hambar.
Pergaulan bebas itu pun berasal dari nafsu yang mereka sebut cinta. Inilah yang membuat mereka menjadi buta dan tuli. Kebutaan ini dapat diartikan tidak lagi melihat tata nilai terutama nilai-nilai religi dalam mengekspresikan cintanya. Dan yang dimaksud tuli yaitu tidak mau mendengar nasihat-nasihat agama yang seharusnya dapat membingkai cintanya.
Semakin tingginya frekuensi arus globalisasi di era industrialisasi yang sudah mengglobal serta arus modernisasi sangat berpengaruh besar terhadap pergaulan bebas dengan lain jenis (seks) ini. Para remaja bahkan begitu mudah memasuki tempat-tempat khusus orang dewasa, terutama malam minggu. Pelakunya bukan hanya kalangan SMA, bahkan sudah merambat di kalangan SMP.
Pada zaman modern sekarang ini, remaja sedang dihadapkan pada kondisi sistem-sistem nilai, dan kemudian sistem nilai tersebut terkikis oleh sistem nilai yang lain yang bertentangan dengan nilai moral dan agama. Seperti model pakaian (fasion), model pergaulan dan film-film yang begitu intensif remaja mengadopsi kedalam gaya pergaulan hidup mereka termasuk soal hubungan seks di luar nikah dianggap suatukewajaran.
Kalau dilacak secara fenomenal bahwa pergaulan di masa sekarang, khususnya di perkotaan, seakan-akan sudah menjadi bagian kultur yang diakui keberadaannya dan tidak bisa di hindari lagi. Padahal kalau dilihat di lapangan, pergaulan ini sangat meresahkan masyarakat, bahkan kalau kalangan remaja terus dibiasakan hal semacam ini tanpa ada kesadaran dan pendidikan yang berorientasikan pada moral, maka bagaimana dengan bangsa yang akan datang. Oleh karena itu, saat ini remaja dituntut untuk menyadari segala sesuatu yang harus dihadapinya dan lebih berhati-hati dalam bertindak.
Berdasarkan berbagai fakta di atas pun dapat diketahui bahwa faktor utama masalah pergaulan bebas ini adalah kurangnya pemahaman masyarakat saat ini terhadap batas-batas pergaulan. Di samping itu didukung oleh arus modernisasi yang telah mengglobal dan lemahnya benteng keimanan mengakibatkan masuknya budaya asing tanpa penyeleksian yang ketat. Seperti yang diketahui bahwa sebagian besar bangsa barat adalah bangsa sekuler, seluruh kebudayaan yang mereka hasilkan jauh dari norma-norma agama. Hal ini tentunya bertentangan dengan budaya Indonesia yang menjujung tinggi nilai agama dan pancasila.
Secara garis besar, adapun beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pergaulan bebas dikalangan remaja yaitu;
Pertama, Faktor agama dan iman.
Kedua, Faktor Lingkungan seperti orangtua, teman, tetangga dan media.
Ketiga, Pengetahuan yang minim ditambah rasa ingin tahu yang berlebihan.
Keempat, Perubahan Zaman secara mendasar, seperti kehadiran teknologi baru berupa channel Barat dan internet.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh perusahaan riset Internasional Synovate atas nama DKT Indonesia terhadap perilaku seksual remaja berusia 12-19 tahun pun mengungkapkan bahwa 64% remaja mengakui secara sadar melakukan hubungan seks pranikah dan telah melanggar nilai-nilai dan norma agama. Tetapi, kesadaran itu ternyata tidak mempengaruhi perbuatan dan prilaku seksual mereka. Dan celakanya, 10 persen seks bebas dilakukan di lingkungan sekolah, 18 persen dilakukan di rumah, sisanyadilakukan di tempat-tempat rekreasi dan hotel.
Hasil penelitian juga memaparkan para remaja tersebut tidak memiliki pengetahuan khusus serta komprehensif mengenai seks. Informasi tentang seks (65%) mereka dapatkan melalui teman, Film Porno (35%), sekolah (19%), dan orangtua (5%). Dari persentase ini dapat dilihat bahwa informasi dari teman lebih dominan dibandingkan orangtua dan guru, padahal teman sendiri tidak begitu mengerti dengan permasalahan seks ini, karena dia juga mentransformasi dari teman yang lainnya.
Kurang perhatian orangtua dan kurangnya penanaman nilai-nilai agama berdampak pada pergaulan bebas dan berakibat remaja dengan gampang melakukan hubungan suami istri di luar nikah sehingga terjadi kehamilan dan pada kondisi ketidaksiapan berumah tangga dan untuk bertanggung jawab terjadilah aborsi.
Ternyata pergaulan bebas disebabkan karena kebebasan yang diartikan bebas secara mutlak tanpa ada butir-butir aturan yang menjaga jarak antara mereka. Di sadari atau tidak, jarak dalam pergaulan terutama pergaulan dengan lain jenis harus dijaga. Oleh karena itu, tanpa ada sekat-sekat pembatasan antara wanita dan laki-laki yang bukan muhrim akan berdampak negatif/ bahaya.
Dalam hal ini, sangat penting untuk diperhatikan khususnya bagi orang tua remaja untuk dapat memberikan pendidikan seks yang baik dan benar. Dan memberikan kepada remaja tersebut penekanan yang cukup berarti dengan cara meyampaikan; jika mau berhubungan seksual, mereka harus siap menanggung segala resikonya yakni hamil dan penyakit kelamin.
Namun disadari, masyarakat (orangtua) masih memandang tabu untuk memberikan pendidikan, pengarahan seks kepada anak. Padahal hal ini akan berakibat remaja mencari informasi dari luar yang belum tentu kebenaran akan hal seks tersebut. Dalam hal ini dengan memberikan pemahaman dari orang tua dan pihak sekolah sangatlah penting, sehingga diharapkan para remaja mampu menyadari dan memahami keburukan tentang masalah seksual, agar tingkat perkembangan seks bebas di kalangan remaja tidak terus bertambah.
Masalah-masalah yang sudah dibahas di atas, sebenarnya merupakan dampak dari berbagai persoalan yang dihadapi (persoalan pribadi, keluarga) yang akhirnya membawa seseorang pada penyalahgunaan-penyalahgunaan. Sedangkan pergaulan bebas (free sex, narkoba, HIV/ AIDS) sebagai tawaran yang sudah merupakan satu mata rantai lingkaran setan  yang akan menggerogoti kehidupan para remaja pada khususnya.
Yang terpenting sebenarnya adalah bagaimana remaja dapat menempatkan dirinya sebagai remaja yang baik dan benar sesuai dengan tuntutan agama dan norma yang berlaku di dalam masyarakat serta dituntut peran serta orangtua dalam memperhatikan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari anaknya, memberikan pendidikan agama, dan memberikan pendidikan seks yang benar. Oleh sebab itu permasalahan ini merupakan tugas seluruh elemen bangsa tanpa terkecuali, agar menjadi sebuah prioritas dalam penanganannya agar tidak terjadi kesia-siaan, seperti kematian yang disebabkan aborsi tersebut.urang perhatian orangtua dan kurangnya penanaman nilai-nilai agama berdampak pada pergaulan bebas dan berakibat remaja dengan gampang melakukan hubungan suami istri di luar nikah sehingga terjadi kehamilan dan pada kondisi ketidaksiapan berumah tangga dan untuk bertanggung jawab terjadilah aborsi.
Ternyata pergaulan bebas disebabkan karena kebebasan yang diartikan bebas secara mutlak tanpa ada butir-butir aturan yang menjaga jarak antara mereka. Di sadari atau tidak, jarak dalam pergaulan terutama pergaulan dengan lain jenis harus dijaga. Oleh karena itu, tanpa ada sekat-sekat pembatasan antara wanita dan laki-laki yang bukan muhrim akan berdampak negatif/ bahaya.
Dalam hal ini, sangat penting untuk diperhatikan khususnya bagi orang tua remaja untuk dapat memberikan pendidikan seks yang baik dan benar. Dan memberikan kepada remaja tersebut penekanan yang cukup berarti dengan cara meyampaikan; jika mau berhubungan seksual, mereka harus siap menanggung segala resikonya yakni hamil dan penyakit kelamin.
Namun disadari, masyarakat (orangtua) masih memandang tabu untuk memberikan pendidikan, pengarahan seks kepada anak. Padahal hal ini akan berakibat remaja mencari informasi dari luar yang belum tentu kebenaran akan hal seks tersebut. Dalam hal ini dengan memberikan pemahaman dari orang tua dan pihak sekolah sangatlah penting, sehingga diharapkan para remaja mampu menyadari dan memahami keburukan tentang masalah seksual, agar tingkat perkembangan seks bebas di kalangan remaja tidak terus bertambah.
Masalah-masalah yang sudah dibahas di atas, sebenarnya merupakan dampak dari berbagai persoalan yang dihadapi (persoalan pribadi, keluarga) yang akhirnya membawa seseorang pada penyalahgunaan-penyalahgunaan. Sedangkan pergaulan bebas (free sex, narkoba, HIV/ AIDS) sebagai tawaran yang sudah merupakan satu mata rantai lingkaran setan  yang akan menggerogoti kehidupan para remaja pada khususnya.
Yang terpenting sebenarnya adalah bagaimana remaja dapat menempatkan dirinya sebagai remaja yang baik dan benar sesuai dengan tuntutan agama dan norma yang berlaku di dalam masyarakat serta dituntut peran serta orangtua dalam memperhatikan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari anaknya, memberikan pendidikan agama, dan memberikan pendidikan seks yang benar. Oleh sebab itu permasalahan ini merupakan tugas seluruh elemen bangsa tanpa terkecuali, agar menjadi sebuah prioritas dalam penanganannya agar tidak terjadi kesia-siaan, seperti kematian yang disebabkan aborsi tersebut.dah (sebagai benteng pertahanan norma-norma iman dan moral) bermunculan, namun angka pertumbuhan pergaulan bebas inipun tetap meningkat.
Rata-rata mereka yang telah masuk ke dalam pergaulan bebas tsb. mengungkap beberapa alasan yang sama akan apa yang menyebabkan mereka seperti itu. Mereka mengatakan bahwa kasih sayang yang kurang dari orang tua, rumah yang selalu berperan sebagai gelanggang pertengkaran, paksaan-paksaan/ tekanan dariorang tua, putus cinta, ekonomi rendah/ miskin, kegagalan/ tidak tercapainya harapan, serta kurangnya kepedulian/ pengertian dari orang-orang sekitar sebagai alasan tsb. Padahal, bagaimana pun juga tak ada alasan untuk terjun ke dalam pergaulan bebas.
Dunia pendidikan pun semakin tercoreng dengan adanya pergaulan bebas yang akhir-akhir ini memenuhi kalangan remaja. Hal ini ditunjukkan dari beberapa kasus yang ada yaitu hamil di luar nikah karena diperkosa (3,2%), keinginan sendiri (12,9%), dan tidak terduga (45%). Seks bebas sendiri telah mencapai 22,6%. Kasus HIV pada remaja pun terus meningkat, setiap bulannya ada 10-20 kasus.
Seks bebas di kalangan remaja rupanya sudah tak tabulagi. Bahkan, mereka malah menyebut seks bebas sebagai hal biasa yang lumrah dilakukan dan menjadi tren. Dan mereka yang tak pernah melakukannya, justru dianggap ketinggalan zaman. Terlebih lagi, jika sebelumnya disebabkan kurangnya kasih sayang orangtua, kini penyebabnya justru karena cari kesenangan dan pembuktian cinta. Seolah, seks bebas menjadi “bumbu” dalam berpacaran. Tak ada seks, pacaran terasa hambar.
Pergaulan bebas itu pun berasal dari nafsu yang mereka sebut cinta. Inilah yang membuat mereka menjadi buta dan tuli. Kebutaan ini dapat diartikan tidak lagi melihat tata nilai terutama nilai-nilai religi dalam mengekspresikan cintanya. Dan yang dimaksud tuli yaitu tidak mau mendengar nasihat-nasihat agama yang seharusnya dapat membingkai cintanya.
Semakin tingginya frekuensi arus globalisasi di era industrialisasi yang sudah mengglobal serta arus modernisasi sangat berpengaruh besar terhadap pergaulan bebas dengan lain jenis (seks) ini. Para remaja bahkan begitu mudah memasuki tempat-tempat khusus orang dewasa, terutama malam minggu. Pelakunya bukan hanya kalangan SMA, bahkan sudah merambat di kalangan SMP.
Pada zaman modern sekarang ini, remaja sedang dihadapkan pada kondisi sistem-sistem nilai, dan kemudian sistem nilai tersebut terkikis oleh sistem nilai yang lain yang bertentangan dengan nilai moral dan agama. Seperti model pakaian (fasion), model pergaulan dan film-film yang begitu intensif remaja mengadopsi kedalam gaya pergaulan hidup mereka termasuk soal hubungan seks di luar nikah dianggap suatukewajaran.
Kalau dilacak secara fenomenal bahwa pergaulan di masa sekarang, khususnya di perkotaan, seakan-akan sudah menjadi bagian kultur yang diakui keberadaannya dan tidak bisa di hindari lagi. Padahal kalau dilihat di lapangan, pergaulan ini sangat meresahkan masyarakat, bahkan kalau kalangan remaja terus dibiasakan hal semacam ini tanpa ada kesadaran dan pendidikan yang berorientasikan pada moral, maka bagaimana dengan bangsa yang akan datang. Oleh karena itu, saat ini remaja dituntut untuk menyadari segala sesuatu yang harus dihadapinya dan lebih berhati-hati dalam bertindak.
Berdasarkan berbagai fakta di atas pun dapat diketahui bahwa faktor utama masalah pergaulan bebas ini adalah kurangnya pemahaman masyarakat saat ini terhadap batas-batas pergaulan. Di samping itu didukung oleh arus modernisasi yang telah mengglobal dan lemahnya benteng keimanan mengakibatkan masuknya budaya asing tanpa penyeleksian yang ketat. Seperti yang diketahui bahwa sebagian besar bangsa barat adalah bangsa sekuler, seluruh kebudayaan yang mereka hasilkan jauh dari norma-norma agama. Hal ini tentunya bertentangan dengan budaya Indonesia yang menjujung tinggi nilai agama dan pancasila.
Secara garis besar, adapun beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pergaulan bebas dikalangan remaja yaitu;
Pertama, Faktor agama dan iman.
Kedua, Faktor Lingkungan seperti orangtua, teman, tetangga dan media.
Ketiga, Pengetahuan yang minim ditambah rasa ingin tahu yang berlebihan.
Keempat, Perubahan Zaman secara mendasar, seperti kehadiran teknologi baru berupa channel Barat dan internet.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh perusahaan riset Internasional Synovate atas nama DKT Indonesia terhadap perilaku seksual remaja berusia 12-19 tahun pun mengungkapkan bahwa 64% remaja mengakui secara sadar melakukan hubungan seks pranikah dan telah melanggar nilai-nilai dan norma agama. Tetapi, kesadaran itu ternyata tidak mempengaruhi perbuatan dan prilaku seksual mereka. Dan celakanya, 10 persen seks bebas dilakukan di lingkungan sekolah, 18 persen dilakukan di rumah, sisanyadilakukan di tempat-tempat rekreasi dan hotel.
Hasil penelitian juga memaparkan para remaja tersebut tidak memiliki pengetahuan khusus serta komprehensif mengenai seks. Informasi tentang seks (65%) mereka dapatkan melalui teman, Film Porno (35%), sekolah (19%), dan orangtua (5%). Dari persentase ini dapat dilihat bahwa informasi dari teman lebih dominan dibandingkan orangtua dan guru, padahal teman sendiri tidak begitu mengerti dengan permasalahan seks ini, karena dia juga mentransformasi dari teman yang lainnya.
Kurang perhatian orangtua dan kurangnya penanaman nilai-nilai agama berdampak pada pergaulan bebas dan berakibat remaja dengan gampang melakukan hubungan suami istri di luar nikah sehingga terjadi kehamilan dan pada kondisi ketidaksiapan berumah tangga dan untuk bertanggung jawab terjadilah aborsi.
Ternyata pergaulan bebas disebabkan karena kebebasan yang diartikan bebas secara mutlak tanpa ada butir-butir aturan yang menjaga jarak antara mereka. Di sadari atau tidak, jarak dalam pergaulan terutama pergaulan dengan lain jenis harus dijaga. Oleh karena itu, tanpa ada sekat-sekat pembatasan antara wanita dan laki-laki yang bukan muhrim akan berdampak negatif/ bahaya.
Dalam hal ini, sangat penting untuk diperhatikan khususnya bagi orang tua remaja untuk dapat memberikan pendidikan seks yang baik dan benar. Dan memberikan kepada remaja tersebut penekanan yang cukup berarti dengan cara meyampaikan; jika mau berhubungan seksual, mereka harus siap menanggung segala resikonya yakni hamil dan penyakit kelamin.
Namun disadari, masyarakat (orangtua) masih memandang tabu untuk memberikan pendidikan, pengarahan seks kepada anak. Padahal hal ini akan berakibat remaja mencari informasi dari luar yang belum tentu kebenaran akan hal seks tersebut. Dalam hal ini dengan memberikan pemahaman dari orang tua dan pihak sekolah sangatlah penting, sehingga diharapkan para remaja mampu menyadari dan memahami keburukan tentang masalah seksual, agar tingkat perkembangan seks bebas di kalangan remaja tidak terus bertambah.
Masalah-masalah yang sudah dibahas di atas, sebenarnya merupakan dampak dari berbagai persoalan yang dihadapi (persoalan pribadi, keluarga) yang akhirnya membawa seseorang pada penyalahgunaan-penyalahgunaan. Sedangkan pergaulan bebas (free sex, narkoba, HIV/ AIDS) sebagai tawaran yang sudah merupakan satu mata rantai lingkaran setan  yang akan menggerogoti kehidupan para remaja pada khususnya.
Yang terpenting sebenarnya adalah bagaimana remaja dapat menempatkan dirinya sebagai remaja yang baik dan benar sesuai dengan tuntutan agama dan norma yang berlaku di dalam masyarakat serta dituntut peran serta orangtua dalam memperhatikan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari anaknya, memberikan pendidikan agama, dan memberikan pendidikan seks yang benar. Oleh sebab itu permasalahan ini merupakan tugas seluruh elemen bangsa tanpa terkecuali, agar menjadi sebuah prioritas dalam penanganannya agar tidak terjadi kesia-siaan, seperti kematian yang disebabkan aborsi tersebut.

1 komentar:

  1. keciknya tulisannya, trus gak terlalu jelas tulisannya karna warna biru

    BalasHapus